Dimanakah
cinta itu?
Membayang
di mata ataukah menggumpal dikepala?
Atau,
hanya degup hati yang hampa?
Pada
gerak jarum jam ini, belum kutemukan jawabannya
Ingin
ku cari dimana cinta itu
Sampai
kutemui siapa penciptamu
Biar
kulalui hari bersamamu
Akan
kutanyakan mengapa menciptamu
Kusapih
serpih bayang berkelabat di pelupuk mata
Mencoba
mencari satu dari selaksa
Mendapati
pendar yang sempurna
Ternyata
bukan dari sana kau bermula
Kuperah
angan yang menggumpal dikepala
Kutiriskan
hingga satu yang tersisa
Berkilau
dan coba kutera
Tak
kudapati kau yang semula
Dari
palung hati yang menganga
Kugali
gundukan degup hampa
Kutapis
mencari yang bercahaya
Pun,
tak kutemukan kau yang utama
Tak
apalah,
Tak
surut pencarianku, meski kudapati raga ini berkalang tanah
Cinta
yang kucari dan kudamba
Kuyakin
rasa itu akan menuntun langkah
Mencari
muara cahaya sempurna
Cahaya
yang menyinari jiwa menguatkan raga
Duhai
pencipta cinta
bagaimana
kumenemukanmu, jika belum kudapati dimana cinta
cinta
yang selalau kau tabur dalam gumpal darah di dunia
cinta
yang sempurna mencerminkan dirimu
bukan
cinta yang hanya menghiasi pelupuk mata
berproses
dikepala, mengental pada hati yang beku dan menetes pada cawan birahi
***
Wahai
pencari cinta
Aku
menciptakan pelupuk mata dari kesempurnaan citra
Tak
runtuh diterpa sinar yang menggoda, hanya saja tidak kau gunakan sebagaimana
mestinya
Kepala
yang semestinya mengolah pemberian mata, menjadi lemah tak berdaya
Pun,
hati yang terang benderang menjadi kelam karena kepala yang tak perdaya dan
mata yang tergoda
Tak
salah jika kelamin yang akhirnya menjadi muara
Wahai
pencari cinta
Percayalah,
saat ini sedang Kukirim pendar cahaya cinta
Berkelebat
melewati selaput lembut pelupuk mata
Nantinya
akan menelusup jauh dikepala
Biarkan
hatimu menerima kerling kedip kepingan yang Kuberi
Dia
akan menerangi jiwamu, menuntun kepada yang Pasti
Bersandarlah
pada kepingan hati itu
Niscaya,
kan kau dapati Aku dalam pencariannmu.
Jogja,
Oktober 2011
1194 komentar:
«Terlama ‹Lebih tua 1201 – 1194 dari 1194 Lebih baru› Terbaru»Posting Komentar