Dua
tahun berlalu sejak pertemuan itu
Namun
binar pesonamu tak lekang dimakan waktu
Ayuk,
begitu kau sebut namamu ketika kita berkenalan
Entah
mantra apa yang menyelinap dalam susunan aksara mematri ingatan
Membuat
mata ini tak pernah bisa menolak memandangmu
Dan
dengan berathati akaupun selalu memikirkanmu
aku yakin
kau lah sekuntum mawar yang kudamba
Keindahanmu
bukan gemerlap materi melainkan kasih sayang sang pencipta
Santun
menjadi tiara meski tak bertahta intan permata
Harum
semerbak menyeruak dalam jiwa
aku tak
mampu mengikis pesonamu dari pelupuk mata
Tak
kuasa menjauhkanmu dari ceruk dalam jiwa
Tak
ingin menggantungkan damba rindu hati dan cinta pada lain wanita
Coba
Menyatukan dua keping hati; hatimu & hatiku dalam balutan indah cinta
Dalam
bahtera cinta mengarungi samudera hidup menggapai ridho Sang Pencipta
Kini,
senyummu masih membuatku tak berdaya
Tuturmu
menguntai menggoda
kerling
mata indahmu selalu mendera
Ya,
itulah aku sang sahaya
Yang
selalu menghamba cinta
kunanti
sebagai suluh penerang jiwa
Ooh..
bukan, bukan ku menghamba nafsu
Yang
memaksa aku bertekuk lutut dihadapan birahi yang memburu
Pijar
cahaya cinta hakiki menerangi jiwa yang kutuju
Dalam
dirinya kulihat binar cahaya cinta
Dengan
cahaya itu aku kan dituntun kepada Sang Pencipta Cinta
Ya,
Dialah yang menciptakan letupan hasrat didada
Menyeruak
dalam setiap diri manusia
Berkelindan
satu dengan yang lainnya
Tak
akan musnah meski semua manusia binasa
Cinta
meleburku dengannya menjadi satu
Mengalir
dalam gelapnya relung dunia
Melindungi
dari kerasnya kerikil dan rintang
Menuntunku
menuju jalanMu
Mengusir
kegelapan dengan cahaya yang suci
Dan
membawaku kepadaMu
Kaulah
Cinta itu…
Duhai
Pencipta Cinta Hakiki
Kutitipkan
segumpal asa yang menyembul dari ceruk hati
Tuntunlah
hasrat ini kepada cinta yang fitrah
Kau
lah yang menciptakan rasa ini, kepadaMu jua aku berpasrah
Saat
ini setelah dua tahun berlalu
kau
dan aku menjadi satu, menuju yang Satu
487 komentar:
«Terlama ‹Lebih tua 601 – 487 dari 487 Lebih baru› Terbaru»Posting Komentar