Bukan, Bukan Aku mengabaikanmu
Sungguh, relung hati ini penuh namamu
Iya, kau masih kusimpan dalam hatiku
Enggan menaruh di nomor tiga
Dengan bangga kau kuberi nomor dua
Mungkin aku lupa ketika kau peluk aku dengan selaput itu
Atau aku belum mampu memahami pelukan itu
Yang jelas kunikmati lendir kehidupan darimu
Entah, gua itu merontokkan imaji tentangmu
Atau semburat cahaya dunia melenakkan aku
Yang pasti tetap kunikmati tetesan hangat kehidupan darimu
Jujur, aku tak sanggup merajut aksara menata kata
Meneteskan buliran hangat merajut cinta
Menata suara mebentuk makna
Apalagi memberikan permata
Benar, aku tak sanggup menolak pesona
Menggadai cinta menggapai murka
Meski kulakukan, kau tetap bangga tanpa duka
Masih menyungging senyum menjalin suka
Sering aku enggan melihat kesedihan
Kasih sayang menguntai kau tawarkan
Tak sedikitpun kutemukan kegetiran
Semakin dalam, dalam dan lebih dalam lagi aku sibak, tak ada kepedihan
Darimu kudapatkan keteguhan
Pendar cahaya keyakinan
sejuk hembusan keteduhan
gurat tapak kegigihan
kau tak pernah menghiba meminta
ikhlas memberi tanpa kupinta
menemani langkahku tanpa alpa
menerangi jalanku dengan do’a
maaf, aku tak sanggup menjadikanmu yang pertama
meski begitu kau tetap bangga menjadi yang kedua
justru, kau yang memaksaku tidak memberi yang pertama
karena kau yakin yang pertama untuk Sang Pencipta
Engkaulah bayang-bayang Sang Pencipta
Kau mewakili Sang Pencipta Cinta menabur Cinta
Cinta sejati, hakiki tanpa noda
Bukan sekedar cinta biasa
Yang masih meminta balas jasa
Kakimu bertahta Syurga
Hanya Ucapan Terimakasih Untukmu, Bunda
Hanya itu yang mampu kuberikan padamu
546 komentar:
«Terlama ‹Lebih tua 601 – 546 dari 546 Lebih baru› Terbaru»Posting Komentar