Oktober 23, 2008

Sejarah Gerakan Perempuan di Belahan Dunia (Part II)

Pada tulisan sebelumnya telah dibahas sekelumit sejarah gerakan perempuan di negara Amerika dan Chile. Tulisan ini akan dibahas mengenai sejarah gerakan perempuan progresif di negara Filipina dan Australia.
Filipina
Gerakan perempuan di Filipina baru terlihat pada tahun 70-an. Sebelumnya tidak didapatkan informasi atau data tentang gerakan perempuan pada masa tersebut. Krisis ekonomi yang mulai terasa pada tahun 1979 telah membangkitkan kesadaran kaum perempuan untuk melakukan perlawanan. Berbagai cara dan isu yang mereka angkat dalam melakukan perlawanan.

Organisasi perempuan Filipina yang paling terkenal adalah General Assembly Binding Women For Reforms, Integrity, Leadership, dan Action (GABRIELA). Kelompok ini merupakan koalisi dari 42 organisasi dan 50.000 orang anggota perempuan. Koalisi ini didirikan pada tahun 1984 dan namanya diambil dari pimpinan pemberontakan pada Abad ke-19, Gabriela Silang. Dasar perlawanan mereka adalah ketertindasan mereka sebagai rakyat Filipina dan perempuan yang mengalami penindasan dan eksploitasi karena jenis kelamin.
Tidak jauh berbeda dengan gerakan perempuan di negara lain, tuntutan mereka dibidang politik adalah mendapatkan hak dan kesempatan yang sama dalam berpartisipasi dalam dunia politik. Di bidang kebudayaan, tuntutan kesetaraan dan akses yang sama dalam pendidikan di semua tingkat dan dalam semua bidang. Tetapi yang paling mendasar adalah permasalahan di dalam rumah tangga, kesetaraan dalam pengambilan keputusan, hak milik serta membesarkan anak-anak.
Isu yang diangkat oleh koalisi ini sangat beragam. Tidak hanya tentang permasalahan gender, tepai juga tentang militerisasi, krisis ekonomi, globalisasi hingga pangkalan militer Amerika. Ini kemudian berhubungan dengan masalah kehadiran militer Amerika yang sangat dominan di Filipina.
Ketika Benigno Aquino tewas terbunuh pada Agustus 1983, GABRIELA melakukan protes terhadap pemerintah. Aksi massa terus dilakukan secara marathon di Filipina. Tercatat sekitar 200 aksi dalam tempo 8 bulan yang di gerakkan oleh GABRIELA. Pada tahun 1985, mereka melakukan aksi massa lainnya dengan mengangkat permasalahan buruh perempuan.
Kemenangan Corazon Aquino dalam pemilihan presiden tidak dapat dipisahkan dari GABRIELA. Secara tidak langsung koalisi ini sangat berjasa dalam menggulingkan kediktatoran Presiden Marcos. Tidak sampai disitu, mereka dapat menyatukan seluruh kelas masyarakat mulai dari bawah hingga ke tinggak elit. Merekalah yang melakukan revolusi damai di Filipina
Australia
Kedatangan bangsa Eropa ke Benua Australia dimulai tahun 1788. Sebahagian dari mereka adalah orang buangan dari Eropa. Kaum perempuan Inggris mulai masuk ke Australia pada tahun 1830. Pada 1883, Inggris memasuki Australian dan menjadikannya koloni. Suku Asli Australia, Abrorigin mengalami penindasan dan dikriminasi terutama kaum wanita.
Pada awalnya, kaum pendatang dan Aborigin terjadi kesalah pahaman yang berkepanjangan. Namun, dalam perkembangannya kaum perempuan imigran dan perempuan Aborigin berhasil menyatukan konsep sisterhood. Mereka saling bertukar jasa, perempuan kulit putih mengajarkan baca-tulis kepada perempuan aborigin. Sedangkan perempuan Aborogin menjaga dan mengasuh anak-anak mereka.
Tidak jauh berbeda dengan di Amerika, pada awalnya kaum perempuan menuntut hak perempuan kulit putih dalam pemilihan umum. Salah satu organisasi perempuan yang pertama di Australia adalah Woman's Christian Temperance Union (WCTU). Mereka menuntut amandemen terhadap hak pilih perempuan. Akhirnya, pada 1902 amandemen tersebuit disahkan oleh pemerintah Australia. Tidak hanya permasalahan tersebut tetapi ada beberapa hal lainnya yang berkisar di perubahan sosial dan stabilitas ekonomi.
Pada tahun 1970, isu yang diangkat mulai berkembang ke permasalahan rasisme. Perempuan Aborigin dan kulit putih bersama menuntut persoalan dan peraturan yang diskriminatif terhadap kaum Aborigin. Tidak sampai disitu saja, mereka menuntut persamaan dalam dunia politik. Wajar saja, pada tahun 1978, parlemen Australia sangatlah maskulin (mayoritas laki-laki). Perubahan tersebut baru dirasakan pada sekitar 1989, dimana para perempuan telah menempati berbagai posisi di dunia politik.
"disadur dari Jurnal Perempuan No. 19"

154 komentar:

Posting Komentar